SHINee forever

SHINee forever
shinee world

Kamis, 04 Maret 2010

flower's lady

niey ff bkan w yg bkin w cuma copy ja, niat'y tadi cast'y mo w ganti ma nak" SHINee. pi ribet bnget ngedit'y coz bnyak org !!!
buat yg ga suka nc ga sah baca !!!
ok~ kalian boleh baca ampe selese 'n jngan lupa RCL.

--------------------------
-------
FF/Flower’s Lady/NC21/One Shoot

Cast :
Park Yu Chun
Jung Yunho
Jung YooRi

Cameo :
Kim Jaejoong
Kim Junsu
Shim Changmin
---------------------------------

Yoori tersentak ketika didengarnya suara piano itu. Lagi-lagi suara itu mengagetkannya, membuatnya mau tak mau terseret dalam irama sendu “BEGIN” yang mengalun syahdu. Sudah tiga malam berturut-turut suara itu memecahkan keheningan malam di villa ini. Semenjak Yunho, kakaknya datang dari Seoul untuk berlibur disini dengan ketiga temannya, maka “BEGIN” tersebut selalu muncul diudara malam yang dingin berkabut dan mengayunkan siapun yang mendengarnya dalam suasana damai yang lulut.
Sekilas Yoori membayangkan pemainnya. Namanya Yuchun, Park Yuchun. Teman sekuliah Yunho. Seorang leleki pendiam, tinggi dan tampan. Ia datang ke villa untuk liburan tahun baru dan sekaligus menghirup udara gunung yang sejuk, kata Yunho sewaktu mereka datang pertama kali. Yuchun sendiri memang tampak tidak banyak bicara, selama dua hari ini kerjanya hanya duduk-duduk d bukit sebelah utara villa, merenung dan sesekali bersenandung. Jika Yunho, Jaejoong, Junsu dan Changmin sibuk menjelajah hutan dekat villa untuk berburu, Yuchun malah lebih suka diam di kamarnya. Membaca buku atau menulis-nulis, entah apa yang ditulisnya.

Yoori sendiri sebetulnya tidak mau ambil pusing, tetapi entah kenapa di dasar hati kecilnya ia selalu ingin tahu lebih banyak tentang lelaki itu. Memang aneh, sebab selama ia mengasingkan diri ke villa ini, segala macam pikiran tentang laki-laki selalu dijauhkannya, ia merasa macam pikiran tak berharga untuk berfikir tentang laki-laki. Ya,, dengan satu kaki yang lumpuh ini, siapa yang mau menyediakan waktu untuk berpaling memperhatikannya. Tak seorang pun, siapa sih yang mau punya pasangan gadis cacat, meski gadis itu cantiknya selangit. Yoori merasa bahwa dirinya tak berguna, tak berdaya dan tersingkirkan dari dunia. Jadi untuk apa berfikir tentang lelaki, itu hanya menambah sakit hati, kecewa yang panjang dan sejuta kepedihan.

Tapi kenapa kali ini dia harus membayang-bayangkan wajah Yuchun terus, karena ganggunan suara piano itukah?? Atau karena ….. entahlah, Yoori dengan kebingungan berusaha menghibur dari pikiran-pikiran yang mengganggunya tiba-tiba. Dengan tertatih-tatih ia berjalan dengan bantuan tongkatnya ke jendela. Dibukanya jendela dan dihirupnya udara malam yang menyerbu masuk. Bintang-bintang seakan pudar dibalik kabut. Yoori menghela nafas panjang.

Ini adalah malam tahun baru, dimana seluruh dunia kan merayakannya dengan meriah.
“Ah,, kenapa malam tahun baru ini begitu sepi? Biasanya villa ini selalu ramai mulai seminggu yang lalu, semua orang sibuk, tapi kali ini?? Appa tidak bisa datang karena sedang seminar di pulau Jeju, omma sedang menemani Harabheojhi yang sedang sakit. Jadi hanya Yunho dan ketiga temannya itu yang bisa datang menemani Yoori. Padahal Yunho, Jaejoong, Junsu dan Changmin dari sore tadi keluar rumah, entah kemana. Huh, lengkap sudah kesepianku.” Bisik Yoori dalam hatinya.
Terbayang dimatanya masa kanak-kanak yang indah dulu, malam tahun baru selalu menggembirakan, menggairahkan dan penuh gemilang tawa serta senyuman. Apalagi waktu itu keduakakinya masih normal. Yoori menghapus air matanya. Sekarang kegembiraan, kegairahan, tawa dan senyum itu sudah lenyap tanpa bekas. Dan yang paling mengerikan salah satu kakinya telah lumpuh akibat suatu kecelakaan yang menimpanya tiga tahun yang lalu.
“Dalam keadaan seperti ini, aku hanya akan melewatkan sisa hidupku dalam cengkraman waktu yang menjemukan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa dan akan hidup terus di sebuah jurang gwlap yang sunyi sampai kelak Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan membawa ku pergi kesisi-Nya.” Yoori membiarkan air matanya turun dan jatuh menetes kelantai.
Tapi tiba-tiba ia mengankat kepalanya dan mengerutkan kening, suara alunan piano itu tiba-tiba lenyap. Aneh. Padahal lagunya belum habis. Yoori menunggu. Sepuluh detik, semenit, dua menit, lima menit. “Kemanakah gerangan Yuchun? Ketiduran? Rasanya tidak mungkin, mereka berlima sudah janji untuk minum-minum tengah malam nanti, sambil menyambut datangnya tahun baru. Jadi tidak mungkin bila Yuchun tidur jam segini. Lalu kemana?” batin Yoori terus bertanya.
Yoori meraih tongkatnya, menghapus sisa air matanya dan berjalan tertatih-tatih keluar kamarnya. Ruang tengah sepi. Sebuah papan catur dengan buah-buah bidaknya yang berserakan terpasang di meja. Mungkin bekas Yunho dan Changmin sore tadi. Ruang tamu juga sepi. Hanya foto keluarga yang terpajang di sudut ruangan.

Yoori memperhatikan sejenak dan sekilas rasa harunya tumbuh lagi. Foto keluarga itu sama seperti dirinya, teronggok dalam sepi dan terlupakan. Yoori menggelengkan kepala, mengusir rasa sentimental yang menggerumuni dadanya dan meneruskan langkahnya kebelakang. Di pintu serambi belakang, Yoori tertegun. Dilihatnya Yuchun bertopang dagu, menatap ke kejauhan dengan sorot mata kosong. Pianonya ditinggalkan begitu saja di dalam ruangan.
“Kenapa berhenti?” tiba-tiba pertanyaan itu tercetus dari bibir Yoori. Yuchun tak bergeming. Ia menghela nafas panjang seakan ingin menghempaskan seluruh perasaannya.
“Yuchun shi,, kenapa berhenti? Lagu itu belum selesai.” Tegur Yoori.
Yuchun menatap tajam pada Yoori, kemudian menggeleng. “Alangkah sepinya dunia ini…” gumam Yuchun seperti orang mengigau.
“Ya, karena engkau sendiri yang cari penyakit. Di Seoul kan ramai, banyak hiburan, kenapa kau justru kesini?” kata Yoori menimpali.
“Dikota seperti Seoul pun kita bisa kesepian, Yoori.” Kata yuchun sambil menatap Yoori dengan lembut.
“Mana mungkin? Di Seoul banyak tontonan, banyak club malam atau bar untuk minum dan berdansa, mana mungkin kesepian?” kata Yoori berusaha meyakinkan.
Yuchun menghela napas panjang, kemudian perlahan bangkit dari duduknya dan menuju pianonya lagi. Terlontar suara lagu “U only love” yang begitu indah dari tuts piano yang dimainkan oleh Yuchun.
“Aku memang kesepian, tapi aku suka tinggal disini. Aku lebih suka hidup kesepian disini dari pada memendam kepedihan di kota.” Kata Yuchun sehela berhenti memainkan pianonya.
“Kepedihan? Apa maksudmu?” Tanya Yoori penasaran.
“Yunho tak pernah cerita padamu tentang diriku?” Yoori hanya menggelengkan kepalanya. Seiingatnya Yunho tak pernah bercerita apa-apa tetnang Yuchun. “Apa yang dimaksud lelaki ini?” batin Yoori.
“Ini adalahmalam tahun baru, bukan? Sebuahkenangan pahit dan pedih selalu muncul dihatiku bila malam tahun baru tiba. Sudah tiga tahun berturut-turut aku harus mereguknya, dan kenangan pedih itu masih terus datang dan datang.” Yuchun menggelengkan kepalanya, kemudian menyembunyikan wajahnya dalam rangkuman jari-jarinya. Yuchun terisak, menangis. Yoori menatap tanpa berkedip, lelaki yang begitutampan ini tiba-tiba menangis.
“Yuchun, kau kan laki-laki, tak seharusnya hatimu begitu rapuh!” Yoori menegur sedikit keras. Yuchun berhenti terisak.
“Tak berdukakah kau bila seseorang yang paling kau cintai tiba-tiba direnggut maut tanpa kau duga? Tidak pedihkah hatimu?” sentak Yuchun dengan mata merah.
Yoori terkejut. “Jadi Yuchun patah hati? Pantas saja ia begitu pendiam, tak suka banyak omong dan kerjanya termenung-menung seperti orang linglung.” Pikir Yoori sesaat sambil menatap lekat wajah Yuchun yang bersimbah dengan air mata.
“Kami waktu itu masih sempat ke gereja bersama. Berdoa berdua dimalam tahun baru malahan dia masih sempat memainkan sebuah lagu yang begitu indah dengan pianonya untukku. Dan tiba-tiba saja ia meninggal sewaktu taksi yang dinaikinya sepulang dari gereja tabrakan. Aku menyesal sekali, kenapa waktu itu tidak mengantarnya pulang hanya gara-gara sibuk mempersiapkan tahun baru bersama yang lain. Dia tunanganku itu, pergi tanpa meninggalkan pesan apa-apa.” Yuchun kembali menggelengkan kepalanya seolah-olah tidak pernah yakin akan peristiwa itu.

Yoori menatap tak berkedip. Kisah yang menyedihkan, seperti sebuah cerita komik saja. pantas kalau Yuchun begitu menderita ketika ditinggal tunangannya itu. Yoori menghela nafas, tetapi seharusnya Yuchun tidak usah terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Ia harus tahu bahwa biarpun ditangisi sampai air mata kering, tunangannya itu tidak mungkin kembali. Tuhan telah mengambilnya, seharusnya ia merelakannya dan tak usah terus menerus hidup dalam duka. Ia harus sabar.
“Maafkan aku, Yuchun shi. Aku tidak menyangka engkau telah mengalami begitu banyak kepedihan, tetapi kalai aku boleh menyarankan, sebaiknya engkau merelakannya. Ia sudah memperoleh kedamaian bersama Tuhan, bukan?” kata Yoori sedikit menggurui.
“Ya,, ya,, kata-kata hiburan semacam ini sudah ribuan kali kudengar.” Kata Yuchun coba mengelak.
“Syukur bila kau mau mengerti. Bila kau terus menerus hanyut dalam keadaan semacam ini, bagaimana masa depanmu? Kau tak mungkin memikirkannya terus? Kau bisa menghibur dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat dan berangsur melupakannya.” Tiba-tiba saja Yoori memberondongkan sederet nasehat.
“Bagaimana dengan dirimu sendiri Yoori?” tiba-tiba Yuchun mengangkat wjahnya, menatap tajam pada Yoori yang berdiri tergetar dengan tongkat yang menopang tubuhnya. Tatapan mata yuchun seolah merontokkan seluruh dirinya. Yoori menggeleng perlahan dan berusaha mencapai kursi. Yuchun bangkit dengan sigap dia membantu Yoori duduk.
“Aku memang kadang-kadang merasa tidak berguna, dengan keadaan tubuh seperti in, masa depanku habis dan kosong.” Kata Yoori pasrah.
“Anio,, Yoori. Siapa bilang begitu? Kau jangan berkecil hati. Masih terbuka hari depan gemilang bagimu.” Kata Yuchun meyakinkan.
“Kau bisa menghibur dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat dan lupakanlah ketidaksempurnaanmu.” Tambah Yuchun.
Yoori menatap yuchun tajam, lalu tersenyum. “ kau menyontek kata-kataku.” Kata Yoori. Yuchun ikut tersenyum. Tiba-tiba saja suasana menjadi begitu akrab, hingga kehadiran Yunho dan yang lain datang dengan sekeranjang oleh-oleh. Yunho terheran-heran melihat adiknya bergurau gembira sangat dekat dengan Yuchun. Silumpuh yang patah semangat bisa juga bercanda dengan si pemurung yang broken heart. Keajaiban malam tahun baru kah ini?? Tapi Yunho menyimpan rasa heran itu dalam hatinya.

Dihalaman belakang villa itu kini penuh dengan keramaian, pesta kembang api yang sangat meriah dan indah juga berkaleng-kaleng minuman yang telah diteguk oleh kelima pria itu membuat mereka sedikit menggila, mereka berteriak dan tertawa dengan begitu lepasnya. Sungguh menghidupkan suasana ketika Jaejoong harus kalah untuk kesekian kali dalam permainan bersama Changmin, sangat lucu dan juga kasihan ketika dia harus menerima hukuman meminum satu persatu botol bir yang disedikan.
“Oppa aku kedalam dulu ya,, aku ma istirahat.” Kata Yoori pada Yunho.
“Biar aku bantu.” Kata Yuchun menawarkan bantuannya. Yoori hanya tersenyum dan kini mereka berjalan menuju kamar.
Yuchun terus memapah Yoori hingga sampai di dalam kamar Yoori, namun karena banyak bir yang dia minum tanpa sengaja dia terjatuh dalam pelukan Yoori yang kini tengah berdiri di depannya. Tanpa adanya keseimbangan mereka berdua terbaring bersama di dalam ranjang yang cukup besar untuk ukuran seorang gadis yang sendirian. Degup jantung Yoori kini semakin cepat terasa, rasa sesak menjelajah di seluruh nafasnya, berat badan Yuchun tak dapat dia tahan lagi, suara pintu kamarnya yang tiba-tiba tertutup rapat menyadarkannya, didorongnya tubuh itu kesampingnya. Direbahkan dengan sangat hati-hati, Yuchun seperti terlelap dalam mabuknya, namun bibirnya terus bergumam, sayup-sayup telinga Yoori mendengarnya, dia memanggil nama seseorang didalamnya.

“Yoori,, Yoori,,” alangkah terkejutnya Yoori mengetahui namanya lah yang dipanggil oleh bibir indah itu. Fikirannya terus bertanya kenapa lelaki ini memanggil namanya. Wajah Yuchun yang begitu damai saat ia tertidur, bagaikan tidak ada masalah apa-apa yang terjadi pada dirinya. Yoori memandang lekat-lekat wajah malaikat itu begitu lama, wajah mereka begitu dekat dan tak ada satupun yang menghalanginya. Yoori tersentak ketika Yuchun terbangun dan bibir mereka berpaut satu sama lain, tangan Yuchun yang memegang erat leher Yoori dan mencium bibir tipis Yoori dengan sangat lembut. Entah kenapa perasaan apa yang tiba-tiba menelusup kedalam relung sanubari Yoori, dia menikmati tiap cumbuan yang Yuchun berikan di bibirnya dan membiarkan lelaki itu menjalarkan serangannya kearah lehernya kini. Kenikmatan bercumbu dengan laki-laki yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya kini ia dapatkan. Yoori sejenak tersadar dari kenikmatannya itu, dan berusaha melepaskan kecupan Yuchun yang kian lama kian memanas. Namun tarikan dekapan lelaki itu begitu kuat pada tubuh Yoori dan menajadikan tubuhnya kini rata sejajar dengan tubuh Yuchun yang terbaring. Yuchun membuka matanya dan menepis rambut Yoori yang menghalangi wajahnya.
“Saranghae,, jongmal saranghae,, Yoori.” Ucapan Yuchun membuat Yoori tercengang tak dapat berkata apapun. Dia diam seribu bahasa, dan hanya dapat tertegun dalam pelukan hangat tubuh Yuchun.

Tak lama berselang dari perkataannya tadi, yuchun kini mulai mencumbu Yoori kembali, dan Yoori yang kini tidak dapat lagi mengawal dirinya juga terhanyut dalam cumbuan Yuchun, cumbuan itu berubah menjadi lebih intim setelah keduanya menanggalkan pakaian mereka masing-masing. Desahan demi desahan telah terlontar begitu saja dari mulut Yoori, kedua nipplenya yang kenyal itu kini sedang dijilati dan dikulum oleh Yuchun. Kesadaran mereka telah hilang lenyap saat itu, Yoori merasakan dunianya saat ini sangat indah, seorang gadis cacat fisik yang telah kehilangan kepercayaan diri kini tengah merengkuh cinta dari seorang lelaki yang baru beberapa hari saja dikenalnya, Hangat tubuh Ychun mulai terasa ke sela-sela tubuh Yoori, keringat mereka mulai mengalir, ciuman yang semakin liar dan desahan yang terkadang terasa sesak begitu menggairahkan bagi keduanya. Yuchun begitu lembut mengarahkan Yoori yang telah terbuai dalam kenikmatan yang ia ciptakan, dengan satu gerakan cepat kini Yuchun sudah berada diatas tubuh indah nan molek tanpa selembar benangpun yang menutupinya. Pemandangan paling indah yang dilihat oleh Yuchun selama dia berada di villa ini. LIdah mereka yang masih saling terpaut, membuat ciuman itu semakin memanas. Yoori merakan ada sesuatu yang masuk secara perlahan kedalam bagian paling intim dalam tubuhnya.
“Sttzz,,, aaaahhhh,,,aaahhh,,” desahan itu terus berulang dan berulang tiap kali Yuchun secara perlahan menjejalkan jarinya kedalam daerah intim Yoori. Rasa perih tersebut amat dinikmati Yoori, tangannya yang halus mulai mengelus dada Yuchun, tubuhnya yang mungil, tersentak mengeliat saat mengeluarkan cairan putih yang membasahi bagian tangan yuchun dan itu membuatnya merasa lebih terangsang lagi, setelah jarinya keluar dari milik Yoori dijilatnya cairan itu dan kini ia melancarkan serangannya. Jari-jari Yuchun membelai lembut milik Yoori dengan lincahnya. Tubuh Yuchun yang tak teralingkan oleh apapun juga memperlihatkan dengan amat jelas miliknya. Yoori terperangah melihat milik Yuchun sudah menegang. Yoori mengocok milik Yuchun atas permintaan Yuchun padanya, makin lama makin cepat yang menimbulkan desahan hangat dari bibir sexy Yuchun.
"aaaaaaarrrrggghhhh...” rintih Yoori saat milik Yuchun mulai masuk kedaerah intimnya. Yuchun sedikit sulit untuk memasuki deerah itu sebab sebelah kaki Yoori yang masih belum dapat digerakan membuat dia agak sedikit memaksakan miliknya untuk masuk dan menyebabkan keluarnya cairan merah berupa darah dari dalam milik Yoori. Namun rintihan itu segera dia bungkam dengan mencium bibir Yoori agar gadis itu merasa sedikit tenang dan menghilangkan rasa sakit yang dia rasakan kini. Setelah cukup berusaha kini milik Yuchun telah terbenam masuk dengan sempurna dalam milik Yoori. Milik Yuchun terasa hangat berada dalam hipitan milik Yoori, gerakan pinggulnya kini makin cepat teras membuat Yoori mendesah tak tertahankan lagi. Lebih gencar dan lebih gencar lagi Yuchun mengeluar masukkan miliknya, tanpa memperdulikan desahan Yoori, baginya desahan kenikmatan itu begitu merdu ditelinga.
“Aaahhh,, sttzzz,, aaahhh,,,” desahan Yoori semakin kuat merangsang masuk lewat telinga Yuchun. Desah nafas Yuchun membuat Yoori semakin terlena dalam kenikmatan itu. Namun disela deshannya itu Yuchun semakin gencar melancarkan serangannya itu dengan mempercepat kembali gerakannya, dia terus menaik turunkan pinggulnya. Peluh telah membasahi tubuhnya. Yoori merasakan dirinya hampir mencapai puncaknya dan denyutan dimilik Yuchun semakin terasa setelah setengah jam Yuchun menggencarkan serangannya.
“Yoori.. ” ujar Yuchun dengan penuh desahan yang membelai lembut di telinga Yoori. Dengan kedipan mata yang perlahan Yoori menyetujui apa yang akan Yuchun lakukan pada dirinya. Dalam sekali hentakan, mereka mulai merenguh kenikmatan dari apa yang telah mereka lakukan. Yoori merasakan sperma Yuchun telah memenuhi rahimnya. Dia merasakan lemas yang teramat sangat begitu juga dengan Yuchun. Kedua cairan cinta mereka menjadi satu dan menyembul keluar mengotori sprai tempat tidur Yoori. Sesaat kemudian, Yoori mendengar desahan kepuasan yang keluaran dari mulut Yuchun. Dengan perlahan Yuchun melepaskan dirinya dari Yoori dan berbaring disisi gadis itu.
“Miane,, kalau pada awalnya aku telah melukaimu, miane kalau kau terlena akan perlakuanku, miane kalau kau menyalahkan apa yang telah kulakukan. Tapi terimakasih karena kau telah mau melakukannya denganku, walau ku tau kau pasti akan membenciku pada akhirnya.” Kata Yuchun dengan nafas yang sedikit memburu.
“Aku tidak akan pernah memaafkan kelakuanmu ini padaku. Aku akan terus menyalahkan dirimu yang telah merenggut kegadisanku, tapi aku juga akan berterima kasih karena kau mau melakukannya dengan gadis cacat ini.” Kata pertama Yoori yang keluar dari mulutnya terasa begitu indah ditelinga Yuchun.
Yuchun tersenyum dan memeluk Yoori dengan erat, dirasakannya detak jantung Yoori begitu tenang di atas dadanya yang begitu indah.
“Aku akan mempertanggung jawabkan apa yang telah ku perbuat kepadamu, aku tidak akan meninggalkan gadis ku yang paling indah ini sendirian.” Kata Yuchun meyakinkan hati Yoori. Senyum lembut merekah di wajah Yoori, dia menerima lelaki yang baru saja dikenalnya itu menjadi kekasihnya.

Di hari-hari berikutnya, kedekatan mereka berdua semakin terlihat. Seringkali bila Yunho dan yang lainnya sibuk dengan senapan berburunya, Yuchun membimbing Yoori berjalan-jalan di sekeliling villa. Mereka tidak jarang duduk berdua-duaan dibawah pepohonan pinis yang rindang. Memandang alam yang indah terbentang di depan mata atau mendengarkan permainan piano Yuchun. Keduanya seakan telah terjaring oleh tali sutera yang tak tampak, yang membuat mereka semakin akrab dan akrab. Percikan cinta mereka semakin terpupuk hari demi hari. Namun kebersamaan mereka harus terganjal atas kepergian Yuchun, ia harus kembali ke Seoul karena besok luasa kuliah sudah dimulai kembali. Yoori menerima berita itu dengan kepedihan yang tiba-tiba menyeruak di hatinya. Ia membayangkan kembali hari-hari yang sepi, menjemukan dan kosong di villa, tanpa kawan hanya merenung berhari-hari atau bercakap-cakap dengan pelayan yang hanya datang pada pagi sampai sore saja.

Yoori tiba-tiba merasa kehilangan. Selama ini secara tak disadarinya ia telah berangsur-angsur melupakan dukanya dan mengecap hari-hari manis bersama Yuchun, dan kini Yuchun pemuda itu akan berlalu. Yoori tak tahu harus berbuat apa, akan tetapi yang pasti ia tidak mungkin menahan Yuchun untuk terus menemaninya disini.
“Walau dia berjani untuk bertanggung jawab pada diriku, tapi gadis cacat sepertiku ini, mana mungkin ia bisa menerimaku. Mana mungkin dia mau hidup bersama gadis cacat sepertiku.” Kata Yoori dengan sentimentil. Yoori merasa air matanya mengalir turun makin deras, dan malam itu ia sama sekali tidak bisa tidur dengan lelap, akibatnya ia kesiangan esok harinya. Yuchun sudah pergi sewaktu ia bangun. Yunho dan yang lainnya juga tidak ada. Yoori menghela nafas panjang, berusaha menahan air matanya yang nyaris jatuh.
Diserambi belakang, Yoori tertegun. Serumpun bunga mawar putih yang masih segar terpajang elaok dalam vas bunga.
“Siapa yang menaruh mawar-mawar itu? pelayan sudah tentu bukan, mereka belum datang jam segini. Yunho? Rasanya juga tidak mungkin. Dia bukan termasuk tipe pemuda yang menyukai keindahan bunga. Jadi siapa?” kata Yoori dalam hatinya. Namun Yoori tersentak menemukan secarik kertas dibawah vas bunga itu. Cepat-cepat ia mengambilnya dan membacanya :
“Seumpun bunga mawar putih untuk gadis ku yang paling indah. Sebagai kenangan di malam tahun baru yang indah, yang telah menghapus kenangan pahit dan sekaligus meyakinkan diriku bahwa masih ada hari esok yang gemilang bagiku.”
Yoori mendekap secarik kertas itu ke dadanya dan menjulurkan hidungnya, mencium bunga mawar putih yang masih segar itu.
“Kalau suatu ketika nanti aku daang kembali ke villa ini, maukah kau menerima pinanganku dan menerima ku menjadi milikmu seutuhnya, Yoori?”
Tulisan tambahan itu begitu menyentuh dihati Yoori. Ia berusaha tersenyum ditengah keterharuann yang tiba-tiba menyergapnya.
“Tentu,, tentu aku akan menyambutmu, Yuchun oppa. Aku akan menyambutmu dengan senyum dan hati yang terbuka.” Kata Yoori sambil memeluk erat bunga mawar putih didalam vas.

--THE END--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar